Minggu, 30 September 2007
DIRGAHAYU KERETA API INDONESIA KE-62
Dirgahayu kepada Kereta Api Indonesia yang dengan semangatnya masih melayani dan memberikan jasa transportasi darat yang merakyat. Tak lupa saya selaku rakyat yang juga sering menggunakan jasa transportasi rakyat ini merasa bangga memiliki Kereta Api.
Di dalam perkembanganya dalam transportasi darat, PT. KAI berusaha memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Tetapi dengan didorongnya kemajuan IPTEK kereta Api Indonesia bisa memiliki sarana yang dapat meningkatkan citra PT.KAI sebagai alat transportasi darat yang aman, nyaman, cepat, ekonomis.
Dirgahayu Kereta Api Indonesia ke- 62. Semoga Jaya dan memberikan kontribusi terbaik bagi masyarakat Indonesia
Selasa, 25 September 2007
HYDROCARBON RESERVOIR MONITORING USING GRAVITY 4D METHOD, IN “X” FIELD IN SOUTHERN SUMATRA AREA.
M.Irfan Mashudi, Adi Susilo, Ph.D
Geophysics Laboratory – Physics Department,
Veteran Street,
ABSTRACT
This monitoring of Microgravity 4D research using Gravitymeter Lacoste Romberg type G1158 with Alliod System, Gravitymeter Lacoste Romberg type G504 with feedback factor system. Gravitymeter Scientrex type CG3 with accuracy 1 Micro Gall. To make a map of gravity anomaly, use Surfer 8.0 version. Microgravity 4D research area divide into three block, with 1,5 Km x 1,5 Km of each block, total grid space was had amount 1500 point. The acquisition of the data has held as three periods; it’s on January, May, and September, 2003. Gravitational anomaly monitoring involves; surface groundwater, changeable reservoir mass, and subsidence. Average value of anomaly show that on January - May = -0,1842 and September – May = 0,1803. Average value of total monitoring which is January – September show that the gravitational anomaly value has decrease until -0,0183. The result of quantitative and qualitative interpretation show that microgravity 4D anomaly and its contrast density in oil field can give some information of subsurface structure and performance of reservoir caused of oil production, secondary gas cap, ground water, and water injection in production and injection well.
KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA KONTRIBUSI POSITIF GLOBAL WARMING
Oleh : Sandhi Setya P
Awalnya
Pada bulan September 2007 merupakan hari kebakaran hutan di pulau Jawa. Seperti yang diberitakan di media www.okezone.com bahwa telah terjadi kebakaran hutan di Madiun. Kebakaran hutan yang melanda kawasan hutan jati dan hutan pinus di Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Saradan, KPH Madiun, dan KPH Lawu. Maka lengkaplah sudah kebakaran hutan di Indonesia ini yang selama ini telah menimpa di pulau yang kaya dengan hasil hutannya seperti Kalimantan dan Sumatera.
Selain itu adaptasi di Indonesia terkait dampak perubahan iklim global membutuhkan kerja ekstra keras, khususnya dari pemerintah. Selain ketidaksiapan data-data dampak perubahan iklim, pemahaman di tingkat daerah juga masih rendah. Ketika pemerintah pusat di
Hal ini akan menambah lagi kontribusi positif permasalahan global warming yang terjadi di dunia sekarang ini. Kebakaran hutan di
Dari tahun ke tahun negara-negara berkembang maupun negara maju memikirkan solusi yang tepat untuk menangani kasus kebakaran hutan ini. Di akhir tahun 1997 dan awal tahun 1998, dunia dapat menyaksikan dan mengamati betapa sedih dan mengerikan pada saat api membinasakan berjuta-juta hektar hutan tropika di
Manusia Faktor Utamanya
Dapat kita bedakan kebakaran hutan memiliki dua tipe yaitu kebakaran hutan secara normal dan tidak normal. Yang menjadi perbedaan adalah proses terjadi kebakaran hutan tersebut, kebakaran hutan secara normal disebabkan oleh pengaruh alam yang terjadi dalm selang waktu yang sangat begitu lama (hingga 17500 tahun). Hal ini dibuktikan adanya aktifitas radioaktifitas pada kayu arang yang ada di
Tetapi kebakaran hutan pada akhir-akhir ini dipicu oleh tangan manusia yang mengakibatkan kebakaran yang sangat hebat dan dalam jangka waktu pendek.
Peningkatan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) yaitu CO2, CH4 (methan), NO2, SF6, dan PFC akibat aktivitas manusia menyebabkan meningkatnya radiasi yang terperangkap dalam atmosfir. Hal ini menyebabkan fenomena Pemanasan Global yang menyebabkan perubahan iklim, yaitu perubahan pada unsur-unsur iklim seperti : naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya penguapan udara, berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara. Sebagai contoh telah mencairnya salju/es di puncak Gunung Jayawijaya dan di
Manusia merupakan faktor utamanya. Apabila kebakaran yang terjadi merambah lebih luas akan mengkibatan emisivitas akan bertambah besar secara matematis dapat kita tuliskan
Di mana P merupakan daya emisivitas yang diakibatkan oleh radiasi benda hitam, s merupakan konstanta Boltzman, e merupakan tingkat emisivitas (semakin hitam bernilai mendekati 1), T merupakan suhu, A merupakan luasan yang terkena radiasi.
Oleh sebab itu semakin banyak manusia membakar hutan, maka akan tercipta radiasi benda hitam yang merupakan cikal bakal terjadi global warming. Karena radiasi benda hitam ini yaitu radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam yang ketika menerima energi tidak dapat keluar dari sistem tersebut dan memiliki energi yang cukup besar.
Banyak Cara yang Ditempuh
Pada tahun 1998 dengan bantuan dari ICRAF, UNESCO, dan European Commision Joint Research Centre, CIFOR (Center for International Forestry Research) mengumpulkan laporan yang memuat latar belakang peristiwa kebakaran hutan di Indonesia dengan judul "A Review of Forest Fire Project in Indonesia: 1982 – 1998". Buku tersebut merangkum beberapa peristiwa kebakaran penting di kawasan Asia Tenggara yang terjadi selama kurun waktu 2 dasawarsa lalu, pemikiran umum tentang sebab dan dampaknya, serta serangkaian proyek yang menangani masalah kebakaran.
Laporan tentang kebakaran yang dikeluarkan CIFOR menunjukan bahwa sebelum tahun 1994, lembaga-lembaga serta pemerintah di seluruh dunia menyediakan bantuan terutama dalam bentuk bantuan darurat (emergency) jangka pendek, dukungan manajemen, serta perlengkapan teknik dan pelatihan. Kebakaran lebih hebat yang baru-baru ini terjadi, bagaimanapun juga, banyak mengundang perhatian dan upaya untuk memahami dan menyoroti penyebab utamanya.
Pada akhir tahun 1997, dimulai suatu prakarsa multi-nasional secara intensif yang memerlukan penggunaan gambaran satelit dengan resolusi tinggi untuk memantau bencana kebakaran serta memetakan kawasan yang terbakar.
Di akhir 1997, ilmuwan CIFOR dan ICRAF mengadakan pertemuan dengan perwakilan pemerintah Amerika Seikat untuk merencanakan suatu studi mendalam tentang penyebab dan dampak kebakaran dengan jangka waktu 3 tahun. Kegiatan ini akan dibiayai oleh
Pada tanggal 30 Agustus 2007 di Jakarta diadakan Workshop Penggunaan Automatic Wildfire Surveillance System (AWFS). Dalam Rangka Pencegahan Kebakaran Hutan Dan Lahan. Workshop ini diselenggarakan oleh Departemen Pertanian bekerjasama dengan, Departemen Kehutanan, Kementrian Lingkungan Hidup, Fire Watch dan PT. Graha Elektro Tama. Workshop dibuka secara resmi oleh Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian, dihadiri oleh Mr. Joachim Dreibach dari Fire Watch
Diharapkan dengan adanya workshop ini akan memberikan solusi yang mampu mengurangi dan memberikan solusi preventif untuk mencegah kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia.
Menurut Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) Kusmayanto Kadiman, pemerintah telah membangun sistem peringatan dini kebakaran hutan yang dioperasikan di Departemen Kehutanan sehingga diharapkan dapat mencegah dan mengurangi kebakaran hutan di Indonesia. Sistem peringatan dini tersebut, apabila terjadi kebakaran hutan, yang mengeluarkan adalah Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).
Selain itu, juga ada berbagai teknologi yang dimungkinkan kalau sampai terjadi kebakaran hutan atau untuk mencegahnya diantaranya dilakukan dengan menggunakan teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan.
Sementara itu, Menteri Kehutanan dalam sambutan tertulis yang dibacakan Staf Ahli Menteri Bidang Kemitraan Kehutanan, Sunaryo, menyampaikan, deforestasi (kerusakan hutan) secara besar-besaran telah terjadi beberapa abad yang lalu di negara-negara industri, namun saat ini telah bergeser ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Pada giliran terjadinya deforestasi di negara berkembang, hutan di dunia sudah tinggal sedikit (30% dari luas daratan di dunia), sehingga kerusakan hutan saat ini menjadi penting bahkan sangat penting bila dikaitkan dengan adanya perubahan iklim.
Disebutkan, dalam Laporan Intergovernmental Panel Climate Change (AR4), emisi CO2 akibat deforestasi sebesar 5,8 giga ton setiap tahunnya, biaya untuk menurunkan CO2 sangat mahal. Menurut Stern, untuk mengurangi emisi global sebesar 50% akan membutuhkan biaya sebesar $5-$15 milyar setiap tahunnya, dengan demikian maka pencegahan terjadinya deforestasi akan menjadi lebih efisien.
Langkah tersebut merupakan langkah yang baik, dan dapat menghindari resiko-resiko yang membahayakan pada masa yang akan datang. Jika investasi dilakukan atau dikelola secara baik, akan ada peluang-peluang yang baik bagi pertumbuhan dan pembangunan di masa yang akan datang
Jika perubahan iklim tidak diperhatikan atau dipahami sedini mungkin, kemampuan Negara untuk mewujudkan kesejahteraan mungkin akan terganggu oleh meningkatnya penyakit dan banyak bencana lainnya.
Apabila hutan di
Kebakaran hutan di
Referensi
Anonymous. 2002. Keadaan Hutan
CIFOR. Mencari Solusi Penanganan Bencana Kebakaran di Asia Tenggara. http://www.cifor.cgiar.org .Diakses pada 21 September 2007.
Depkominfo.10 September 2007. Sistem Peringatan Dini Diharapkan Cegah Kebakaran Hutan. http://postel.depkominfo.go.id. Diakses pada 22 September 2007.
Ditjen Perkebunan. 21 September 2007. Perubahan Iklim Global Akibat Emisi Gas Rumah Kaca Berkaitan dengan UsahaPerkebunan.http://ditjenbun.deptan.go.id. Diakses pada 22 September 2007.
Kementerian Lingkungan Hidup.20 September 2007.56 Persen Kepala Daerah Belum Peduli Lingkungan.http://perpustakaan.menlh.go.id. Diakses pada 21 September 2007.
Sindo.13 September 2007. Perhutani Kewalahan Atasi Kebakaran Hutan. http://www.okezone.com. Diakses pada 21 September 2007.
Senin, 24 September 2007
KONVERGENSI IT DAN TELKOMUNIKASI DAN KEUNTUNGAN KEPADA MASYARAKAT
Awalya
Dalam perkembangan dunia IT (informasi teknologi) manusia dituntut untuk bisa meraih segala informasi yang ada. Konvergensi IT atau juga disebut fokusisasi Teknologi Informasi mendorong manusia siap untuk bertanding dalam kancah persaingan global (global competition).
Dari masa ke masa tekhnologi IT ini mendorong masyarakat untuk bisa terjun bebas dalam mengerti teknologi, tak jarang masyarakat terpengaruh informasi yang negatif. Tak khayal banyak terjadi tindak criminal yang berbasis cyber crime .
The influence of technology information inilah yang memberikan banyak solusi-solusi mutahir demi kebaikan semua masyarakat di lingkup sosial.
Perkembangan IT juga tidak lepas dengan peran serta dari kemajuan telekomunikasi, tanpa adanya sinergi dari dua aspek ini masyarakat tidak mampu untuk bisa mengambil suatu peluang yang bagus (the best chance) untuk mendekatkan diri dengan teknologi (drawing near ourselves technologically) karena mendekatkan diri dengan tekhnologi mendekatkan kita ke arah kemajuan.
Telekomunikasi di masyrakat ini membantu masyarakat untuk mampu memtransmisikan informasi, membantu untuk penyebaran tekkhnologi akan lebih cepat
Permasalahan Yang
Tetapi masalah yang timbul adalah peran opsi dari masyarakat memilih atau menggunakan tekhnologi yang benar tersebut masih kurang. Seringkali masyarakat melakukannya hanya dengan tindakan yang sangat konsumtif sehingga laju pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan sumber daya manusia untuk menjadi produsen atau menghasilkan suatu produk sangat kurang.
Perubahan demi perubahan yang mengubah life style masyarakat ini akan memiliki banyak keuntungan. Hal ini dibuktikan banyaknya fenomena peningkatan secara pesat di bidang sosial, bisnis dan industri.
Tetapi hal itu tidak akan menjadi masalah jika masyrakat tidak harus membeli tekhnologi tersebut. Hal ini akan memberikan efisiensi kepada masyrakat untuk bisa menggunakan tekhologi informasi dan telekomunikasi..
Masyarakat Harus Tahu
Tetapi dengan adanya konvergensi perkebangan IT dan telekomunikasi ini yang terpenting adalah solusi untuk memecahkan opsi, bagaimana masyarakat memilih tekhnologi tersebut untuk digunakan sebagai solusi yang termudah untuk menyelesaikan permasalahan hidup, baik sosial, bisnis, industri dan lain sebagainya.
Keuntungan yang akan diperoleh untuk mengerti dan mengakses perkembangan tekhnologi informasi, yaitu masyarakat dapat mengerti dan mengaplikasikan informasi yang diinformasikan tersebut menjadi sebagai solusi untuk menyelesaiakan problem dalam kehidupan bermasyarakat, dan kecepatan dalam mengakses informasi akan cepat sehingga kita bisa mengerti kesulurahan perubahan dalam dunia global dan mengikuti perkebangan tersebut.